“Hyung.” Wajah Ljoe tampak serius , ia tidak biasanya seserius ini kecuali sesuatu hal telah terjadi. Cap memandang Ljoe.
“Kita bicarakan diluar.”Cap menangkap sinyal Ljoe dengan baik. Mereka membutuh waktu untuk bicara berdua. Cap membawa masuk Ljoe kekamarnya.”Ada apa?”
“Aku hanya mengkawatirkan Changjo , akhir – akhir ini ia tampak aneh. Mungkin aku hanya paranoid saja atau apalah. Aku berharap tidak.”
“Aku juga merasa seperti itu. Kau tidak paranoid.” Cap merasa Changjo memang akhir – akhir ini seperti mengasingkan diri. Ia jarang mau bergabung bermain. Walaupun ia terlihat biasa saja , tapi Cap juga bisa merasakan ada sesuatu yang berbeda dari Changjo , ditambah lagi sepertinya menejer mereka tampak sangat memperhatikan gelagat Changjo akhir – akhir ini.
“Apa yang harus kita lakukan sekarang? Apakah kita langsung tanyakan saja dia ada apa?”
“Kurasa tidak perlu. Maksudku jangan sekarang , kita tunggu sampai memang sudah saatnya.”
“Hey! Tampaknya kita berjodoh yah? Kita selalu bertemu.”
Changjo menoleh. Ia baru saja selesai joging di sekitar dorm. Cewek yang kemarin bisik Changjo pada dirinya sendiri. Ia tampak berbeda hari ini. Ia berpakain rapih , blezer dan kemeja berwanra peach senada , high heals dan make up tipis membuatnya tampak seperti wanita dewasa.
“Ayeonghaseo.”Sapa Changjo canggung
Alih – alih membalas sapaan Changjo cewek itu , maksudnya Eunji malah curhat “Aku barus saja pulang dari interview. Ternyata mencari pekerjaan di korea tidak semudah yang kubayangkan. Kau baru pulang…” Eunji melihat Changjo dari ujung kaki sampai ujung kepala. “Olah raga?”
“Aku hanya joging sebentar.”
“Keringatmu yang bercucuran tidak menunjukan kalau kau berjoging sebentar saja.” Eunji menunjuk keringat Changjo yang masih mengucur.
Changjo hanya diam , ia malam itu memaksakan dirinya untuk berolah raga , lebih dari biasanya untuk melupakan segala penat pikiran yang ada di kepalanya. Pintu lift akhirnya terbuka keduanya masuk. Selama di lift cewek itu , Eunji tak berhenti berbicara. Ia tampak sangat terlalu ramah. Seperti orang amerika pada umumnya mungkin , pikir Changjo.
Changjo hanya diam mendengarkan sambil sesekali membalas dengan berkata “ya” “aku tidak tau” , pada intinya Changjo hanya membalas dengan beberapa kata saja.
“Changjo dari mana kamu?” Menejer tampak cemas begitu Changjo pulang.
“Joging.” Jawab Chanjo cepat langsung masuk ke dalam kamarnya.
Changjo membanting tubuhnya keranjang. Ia terlalu lelah untuk menjawab semua introgasi hyung ataupun menejernya. Esokan harinya Changjo pergi ke kantor , ia tau ia tidak punya jadwal apapun dikantor. Tapi ia butuh bertemu dengan Andy hyung.
“Changjo , ada apa pagi – pagi mencariku?” Andy baru saja tiba di kantor. Seketarisnya baru memberi tahu kalau Changjo menunggu di kantornya.
“Begini hyung , ada yang kuingin diskusikan dengan hyung.”Changjo tampak agak segan , tapi sudah tidak ada waktu lagi untuk merubah jalan pikirannya. Ia sudah sampai sinih!
“Mengenani apa?”
“Bisakah aku pulang kerumah?”
Andy tidak memberikan pernyataan apapun , ia ingin menunggu penjelasan Changjo kenapa mendadak ia ingin pulang kerumah.
“Aku hanya meminta sesekali saja hyung mengizinkan aku pulang kerumah. Aku merindukan orang tuaku , dan lagi pula letak rumahku itdak jauh dari dorm.”
“Apa kau memiliki masalah dengan member lain?”
“Tidak aku tidak memiliki masalah dengan hyung – hyungku.”
Andy mengerti kenapa Changjo ingin pulang kerumah. Selain mungkin ia merindukan ke dua orang tuanya. Mungkin ia butuh waktu untuk dirinya sendiri di dorm mungkin ia tidak memiliki waktu tersebut. Andy sebenarnya tidak melihat ada sesuatu hal yang membuatnya mengatakan tidak atas permintaan Changjo.
“Baiklah kalau begitu. Aku mengizinkan kamu pulang. Tapi hanya untuk sesekali – kali yah. Kau tau kebanyakan membermu kedua orang tuanya tidak tinggal di seoul , tidak akan adil untuk mereka.”
“Baiklah aku mengerti. Terima kasih hyung.”
“Aku akan memberi tahu pada menejermu nanti.”
Chanjo tidak menyangka kalau Andy dengan mudahnya menyetejui idenya untuk pulang kerumah. Setidaknya ia memiliki waktu untuk bernafas lega. Lepas dari pada pertanyaan hyungnya dan menejernya. Yang paling penting ia bisa bertemu dengan kedua orang tuanya!
“Changjo!”
Tidak hanya Changjo , member teen top yang lain ikut menoleh. Eunji. “Kau mengenalnya?”Bisik Ricky pada Changjo
“Loh bukanya dia gadis yang tinggal di sebelah apartement kita yah?”Tanya Chunji binggung
“Hey! Woah….” Eunji melihat Chanjo dari ujung kaki sampai ujung kepala. Tampak tak percaya. “Kau tampak berbeda.” Ini pertama kali Eunji melihat Changjo memakai make up. Dan dengan pakaian panggung. Changjo baru saja pulang dari performent wajar saja kalau pakaiannya masih belum ganti.
“Ini untukmu.”Eunji memberikan bingkisan pada Changjo “Aku tadi datang ke apartementmu tapi sepertinya tidak ada orang. TIdak menyangka aku dapat bertemu denganmu dibasment.”
Changjo melihat isi bingkisan itu “Apa ini?”
“Lihat saja sendiri. Maaf aku harus buru – buru aku masih ada interview pekerjaan. Bye!” Eunji pergi begitu saja kembali ke dalam mobilnya dan memacu mobilnya buru – buru
Changjo mengeluarkan bingkisan tersebut. Isinya kue. Changjo memandang Eunji yang sudah hilang dari pandangan , bukanya ia sudah bilang kalau ia tidak suka dengan makanan manis? Kenapa gadis ini masih ngotot memberikanya kue.
“Eh ada surat di dalamanya.” Ricky menagmbil surat tersebut , tapi belum sempat dibaca oleh Ricky Changjo mengambilnya kembali
“Ini milikku.” Changjo membuka surat tersebut.
“Ini tidak manis , aku sengaja membuatkan untukmu tidak manis. Cobalah aku yakin kau suka! Ini merupakan resep turun menurun dari keluargaku!”
Changjo membuka dan mencoba kue tersebut. Kue itu memang tidak manis, rasanya asin tapi tidak terlalu asin. Intinya rasanya pas dan sesuai dengan selera Changjo. Jarang sekali Changjo suka dengan rasa kue , apalagi kue kering.